Humas Kemendagri
JAKARTA, METRO - Beredar informasi yang
disebar di dunia maya, bahwa ada 72 juta KTP elektronik (KTP el) atau dipublik
dikenal dengan e-KTP yang kosong atau hilang. Isu itu menyebar seiring dengan
mencuatnya isu tentang dibajaknya data pelanggan telepon seluler. Menanggapi
itu, Menteri Dalam Negeri pun angkat suara.
Menurut Tjahjo,
informasi tentang 72 juta KTP el hilang, itu hoax. Informasi yang tak berdasar
alias bohong. Pun, informasi data NIK dan KK pelanggan seluler yang
diisukan bocor, juga tak benar. Tjahjo pun menjelaskan, NIK dan nomor KK yang
digunakan untuk registrasi kartu seluler tak bisa digunakan untuk fraud
perbankan. Sebab detail data NIK dan KK tak bisa dibuka, hanya bisa dilihat
angkanya saja.
"Karena yanb
digunakan oleh operator hanya NIK dan nomor KK yang berupa angka tanpa bisa
dibuka isi datanya. Kedua nomor tersebut hanya sebagai verifikator sesuai atau
tidak sesuai," kata Tjahjo, di Jakarta, kemarin.
Tjahjo juga menegaskan
isu 72 juta KTP el yang dikatakan telah hilang, tak benar sama sekali. Info
tersebut hoax. Tida kada 72 juta KTP el yang kosong dan hilang. Sampai
saat ini data KTP el aman. Sistem keamanan dibuat berlapis. Disamping blanko
yang tersedia sampai saat ini, hanya berjumlah 20 juta keping. Jadi, kalau
dikatakan 72 juta KTP el hilang, tak masuk akal. Isu itu dihembuskan memang
untuk memperkeruh situasi. Tujuannya membuat resah masyarakat.
"Semua terdata rapi.
Dan saat ini blangko ya g tersedia juga hanya sekitar 20 juta, tidak sampai 72
juta. Secara data tidak masuk akal. Isu itu hoax," katanya. (MHS/dpt)