JAKARTA, METRO - Statement Menteri kesehatan (Menkes) Nila
Moeloek baru-baru ini soal cacing bikin panas hati,. Bagaimana bisa seorang
menteri berucap seenak nya, bahwa cacing
dalam sarden boleh dimakan. Hal ini mendapat mendapat tanggapan dari Center for
Budget Analysis (CBA).
Koordinator
Investigasi Center for Budget Analysis (CBA), Jajang Nurjaman, mengatakan,
Menteri kesehatan (Menkes), Nila Moeloek, rasanya terlalu pongah, karena merasa
diri berpengetahuan dengan gelar Profesor Doktor yang diembannya, “bahwa cacing
mengandung protein dan boleh dimakan masyarakat,” ujarnya Kepada wartawan
SKU Metropolitan melalui WhatsApp, Senin (2/4/2018).
“Sebuah kelakar yang
menjijikan, sayang beliau tidak memberikan contoh langsung bagaimana cara makan
cacing. Bagi kebanyakan orang menggelikan,” paparnya.
Jika di dalam sarden
ada cacing, Center for Budget Analysis (CBA) menemukan hal yang lebih
menjijikan dari cacing di tubuh kementerian yang dipimpin Lina Moeloek, yakni
dugaan kongkalikong duit rakyat dan berlangsung selama dia menjabat (lima tahun
lamanya). Berikut kami jabarkan, “Setiap tahun Direktorat Jenderal Pelayanan
Kesehatan Kementerian Kesehatan memiliki kegiatan Pekerjaan Cleaning Service.
![]() |
Jajang Nujaman |
Terkait kegiatan ini
Center for Budget Analysis (CBA) menemukan banyak kejanggalan dalam
pelaksanaannya.” ujarnya Jajang.
Contohnya, Pekerjaan
Cleaning Service yang dikerjakan oleh satuan kerja Rumah Sakit Umum Dr Cipto
Mangun Kusumo Jakarta. Sejak menteri kesehatan Nila Moeloek memimpin tahun
2014, dugaan kongkalong, antara oknum pejabat Kemenkes dengan swasta dalam
proyek Cleaning service terus berjalan sampai 2018.
Misalnya dari segi
anggaran tahun ke tahun selalu mengalami lonjakan drastis, padahal,
pengerjaannya di ruang lingkup yang sama yakni, di RSUP Nasional Dr Cipto
Mangunkusumo Jl Diponegoro No 71 Jakarta Pusat.
Berikut rinciannya, 1.
2014 Anggaran sebesar Rp 18,2 miliar, 2. 2015 Anggaran sebesar Rp 24,2 miliar, 3. 2016 Anggaran sebesar Rp 27,1 miliar, 4.
2017 Anggaran sebesar Rp 26,7 miliar, 5. 2018
Anggaran sebesar Rp 38,2 miliar.
“Total anggaran yang disiapkan
Kemenkes terkait proyek Cleaning Service di Rumah Sakit Umum Dr Cipto Mangun
Kusumo Jakarta untuk 5 tahun sebesar Rp 134,6 miliar lebih. Adapun dari
anggaran yang disiapkan seperti disajikan di atas, uang Negara yang dihabiskan
sebesar Rp126,7 miliar lebih.” Ungkapnya.
Untuk detailnya adalah
sebagai berikut, 1. Tahun 2014, PT Tirta Maz Dua tiga, nilai kontrak sebesar
Rp16.996.728.200, 2. Tahun 2015, PT Spectra Jasindo, nilai kontrak sebesar Rp 20.860.140.000,
3. Tahun 2016, PT Tirta Maz Dua tiga, nilai kontrak sebesar Rp 26.568.850.286,
4. Tahun 2017, PT Sapta Sarana Sejahtera, nilai kontrak sebesar Rp 25.943.873.271,
dan 5. Tahun 2018, Perusahaan Provices Indonesia nilai proyek sebesar Rp 36.416.932.665.
“Anggaran yang terus
naik dengan tidak wajar, mengindikasikan penentuan pagu anggaran, serta harga
perkiraan sendiri yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), sengaja
ditinggikan agar membuka celah untuk permainan selanjutnya. Seperti satu
perusahaan yang mendapatkan dua kali proyek Cleaning service, yakni PT Tirta
Maz Dua tiga. Dengan nilai kontrak sebesar Rp 43,5 miliar lebih,” Jelasnya.
Lanjutnya, modus
dimenangkannya beberapa perusahaan meskipun dengan tawaran kontrak yang kelewat
mahal, namun hal ini tidak ketara karena sejak awal memang HPS yang ditetapkan
sudah kelewat tinggi. Contohnya proyek pekerjaan Service di tahun 2018 dari 62
peserta lelang yang mendaftar, Perusahaan Provices Indonesia yang dimenangkan
dengan nilai kontrak Rp 36, 4 miliar lebih. Padahal ada perusahaan lain yang
menawarkan harga lebih murah seperti PT Pinang Jaya Abadi senilai Rp 33,2
miliar. Ada selisih yang cukup jauh sebesar Rp 3,1 miliar lebih.
Secara keseluruhan,
CBA mencatat dalam proyek pekerjaan Cleaning Service Kemenkes di Rumah Sakit
Umum Dr Cipto Mangun Kusumo Jakarta. Sedikitnya terdapat potensi kebocoran
anggaran sebesar Rp 8,7 miliar lebih. Untuk potensi kerugian negara bisa lebih
besar lagi, mengingat proyek tersebut bernilai ratusan miliar.
“Berdasarkan temuan di
atas, CBA mendorong pihak berwenang khususnya KPK agar segera membuka
penyelidikan. Bahkan jika perlu, Menteri Kesehatan Nila Moeloek ikut dipanggil
untuk dimintai keterangan. Karena selain di RS Cipto masih ada proyek sejenis
di Rumah sakit lainnya dan berada di bawah tanggung jawab Menkes yang berpotensi
jadi bancakan oknum tidak bertanggung jawab jika terus dibiarkan,” pungkasnya.
(Martinus).