JAKARTA,
METRO- Peringatan Hari Guru harus dijadikan momentum untuk memperbaiki nasib
guru. Pemerintah harus mengangkat harkat dan martabat guru Indonesia. Anggota
Komisi X DPR RI Anang Hermansyah mengatakan, perbaikan nasib guru memiliki dua
aspek, yakni aspek peningkatan kesejahteraan dan peningkatan kapasitas.
“Kesejahteraan
guru masih menjadi masalah krusial, khususnya bagi guru berstatus swasta dan
honorer. Persoalan guru honorer akan menjadi gunung es untuk waktu jangka
panjang. Negara harus memiliki tekad kuat untuk menyelesaikan masalah ini,”
sebut Anang dalam rilis yang diterima Parlementaria, Senin (26/11/2018).
Saat
ini, menurut data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, jumlah guru honorer
se-Indonesia sebanyak 1,5 juta orang yang terdiri dari guru bukan PNS di
sekolah negeri 735 ribu, guru bukan PNS di sekolah swasta 790 ribu. Guru
honorer tersebut berstatus K2 alias harus mengikuti test CPNS agar menjadi
pegawai negeri.
“Guru
honorer itu harus dicarikan rumusan agar nasib mereka terjamim. Pemerintah
memiliki tanggungjawab atas nasib mereka. Pemerintah juga harus memastikan
kapasitas guru meningkat. Peningkatan SDM guru akan menghasilkan anak didik
yang berkualitas. Ujungnya SDM Indonesia akan meningkat,” tandas legislator PAN
itu.
Anang
juga mengingatkan agar guru tidak dijadikan komoditas politik elit politik.
Janji-janji politik terhadap guru kerap muncul setiap momentum politik seperti
Pemilu. “Jangan seret profesi guru dalam urusan politik praktis berjangka
pendek. Muliakan para guru dengan menghadirkan kebijakan yang pro kepada
mereka. Bukan dijadikan obyek politik,” tandas legislator dapil Jawa Timur IV
itu. (DPT)