METRO,KAB.BEKASI- Tingginya tingkat pemahaman manusia
terhadap peraturan seharusnya dapat meminimalisir terjadinya tindak pelanggaran
terhadap peraturan itu sendiri.
Namun,
hal ini justru berbanding terbalik, pemahaman terhadap suatu peraturan justru
menjadi dasar terjadinya tindakan pelanggaran.
Kekeliruan
dalam menafsirkan isi peraturan terkesan disengaja untuk mempertegas
alibi/alasan dalam melakukan tindak pelanggaran tersebut.
Seperti
yang dilakukan kepala SMP Negeri 2 Tambun Utara (Tamara) di wilayah Kabupaten Bekasi yang diduga telah melakukan praktek pungutan
liar (pungli) terhadap muridnya yang dilakukan secara bersama-sama dengan
komite sekolah mengatasnamakan sumbangan siswa/wali murid.
Besaran
pungli untuk pengadaan lab komputer yang mencapai Rp 500 ribu per siswa
demikian juga pungutan untuk biaya ujian Rp180 ribu dirasakan orang tua sangat
memberatkan, karena tidak semua orang tua murid memiliki kemampuan yang sama
secara finansial untuk melunasi pungutan berkedok sumbangan wajib tersebut.
Seperti
halnya yang disampaikan salah seorang wali murid mengatakan kepada Metropolitan,
ia merasa keberatan dengan adanya pungutan yang dilakukan oleh kepala sekolah melalui komite sekolah.
Dirinya
juga mengatakan bahwa pungutan Rp.500
ribu/siswa tersebut untuk pengadaan lap komputer, sambil menunjukkan kwitansi
pembayaran yang dibumbuhi stampel komite.
“Sementara
pungutan Rp.180 ribu tersebut katanya, dipotong dari tambungan siswa,” ungkap
wali murid.
Namun,
walau dirasakan berat untuk mengeluarkan uang yang besarannya mencapai Rp 500
ribu, tapi tetap saja orang tua murid harus melunasi, karena jika tidak
dibayarkan maka siswa tidak dapat kartu ulangan sebagai syarat untuk mengikuti
ulangan.
Sementara
salah satu tenaga pendidik SMP Negeri 2 Tambun Utara, Cucum yang sedang piket
saat itu mengatakan bahwa kepala sekolah Hendry Nazir sedang tidak ada ditempat, lagi
dinas luar, katanya kepada wartawan Metropolitan,kamis (7/2).
Namun
ketika ditanya, selain kepala sekolah yang bisa diwawancara, dirinya mengatakan
bahwa yang hadir saat ini adalah para tenaga pendidik. (Anwar/Martinus)