![]() |
gedung SDN Banjarsari 02 Kecamatan Sukatani |
BEKASI, METRO-
Infrastruktur pendidikan yang tidak layak masih ditemukan di sejumlah daerah di
Kabupaten Bekasi. Beberapa sekolah yang rusak yang ditelusuri Wartawan SKU
Metropolitan, antara lain, SDN Mangunjaya 04 Kecamatan Tambun Selatan, SDN
Banjarsari 02 Kecamatan Sukatani, bahkan ada pembangunan sekolah dasar yang pembangunannya
mangkrak sejak tahun 2015, hingga berita ini dibuat belum ada kelanjutan
pembangunan.
![]() |
SDN Mangunjaya 04 |
Jika melihat setiap ruang kelas kondisinya cukup
memprihatinkan. Sebagian besar kondisi lantai terkelupas, perabotan sekolah
seperti kursi bangku juga banyak yang rusak, lemari tempat menyimpan buku
pelajaran juga tidak bisa digunakan.
Tidak hanya itu, kondisi bangunan yang ambruk tahun 2014, belum
dibangun, bebarapa ruangan belajar yang sebelumnya lantainya kramik, terkelupas
hanya tinggal tanah.
Menurut Hasan guru SDN 02 Banjarsari, gedung sekolah ini
ambruk sekitar tahun 2014, pihak sekolah telah mengajukan perbaikan, tetapi
belum terlaksana, mungkin tahun ini akan ada pembangunan, karena sudah diajukan
kembali saat Musyawarah Perencanaan
Pembangunan (Musrenbang) di Kantor Desa awal tahun 2019, katanya, Rabu
(12/6) di halaman sekolah.
Ketua DPC LSM Grasi, Malau, ketika diminta tanggapannya tentang
sarana pendidikan yang rusak di kota penyangga Ibu Kota Negara ini
menuturkan, pemerintah
memiliki tanggung jawab untuk menyediakan pendidikan yang berkualitas untuk
masyarakat.
"Masyarakat juga memiliki
hak untuk memeroleh pendidikan, dan negara dalam hal ini pemerintah
berkewajiban untuk memenuhinya," katanya.
Pemerintah, lanjutnya,
seharusnya tak perlu memperhitungkan keberimbangan siswa yang masuk dengan
biaya yang dikeluarkan untuk operasional sekolah itu.
Pasalnya, sekolah itu merupakan
fasilitas publik, bukan sebagai ajang bisnis. Jika pemerintah menghitung untung
rugi sekolah itu, maka akan melanggar ketentuan dalam UUD 1945.
Padahal, sekolah tersebut
dibiayai melalui APBD yang merupakan dana masyarakat. Tentu masyarakat berhak
mendapat yang terbaik atas dana yang dikelola pemerintah.
Kami menyayangkan pembiaran yang
dilakukan Pemda Kabupaten Bekasi, Dinas Pendidikan, Dinas Pekerjaan Umum
dan Perumahan (PUPR) dan OPD terkait lainnya terhadap kondisi fisik sekolah
itu.
Jika kondisi fisik sekolah
bagus, pasti akan banyak orang tua yang menyekolahkan anak mereka ke sekolah
itu.
Ia menambahkan, setiap tahun Pemda
melakukan Musrenbang. Sekolah itu bisa dijadikan program prioritas pembangunan.
"Yang terjadi sekarang
sungguh disayangkan. Pemerintah alpa dengan kewajiban mereka untuk menciptakan
pendidikan berkualitas," pungkasnya.
Tentu keadaan ini
berbanding terbalik dengan mereka, para wakil rakyat yang duduk di kursi
pemerintahan. Pendidikan tinggi mereka dapatkan. Jabatan pun mereka dapat. Tapi
sayangnya, sebagian dari mereka tidak bisa menghargai pendidikan yang telah
didapatkannya. Pendidikan yang mereka miliki telah ternoda dan tercoreng karena
ulah mereka sendiri. Nafsu mereka akan kehidupan duniawi hingga memakan uang
haram, Korupsi, tuturnya.
Menurutnya, Pemerintah yang membidangi pembangunan di
Kabupaten Bekasi tidak mampu menggunaka anggaran, hal itu terbukti dengan
banyak nya sisa anggaran atau Silpa hingga Triliunan rupiah. Kalau dan tersebut
dialokasikan untuk pembangunan sarana pendidikan sudah puluhan sekolah bisa
dibangun.
Kami mengharapkan Bupati Bekasi, Eka Supria Atmaja, yang
baru dilantik mampu meningkatkan pembangunan infrastruktur Pendidikan. Apabila
pejabat yang membidangi pembangunan tidak mampu menjalankan tugasnya, segera
dilakukan evaluasi, ujar Malau.
Sementara itu salah seorang orang tua siswa SDN 04
Mangunjaya, Lemeria mengatakan, sangat miris melihat kondisi bangunan sekolah
tempat anaknya menuntut ilmu. Gedung ruangan belajar yang baru diperbaiki
sekitar tahun 2015 karena abruk, kondisi sekrang sudah mau ambruk lagi,
beberapa ruangna belajar sdudah tidak dipakai lagi karen takut aambruk lagi.
"Heran juga saya, ini di Bekasi yang disebut kita
Industri terbesar di Asean kok gak diperhatikan. Kami selalu was- was terhadap
anak, dikwatirkan bermain di dekar gedung yang sudah melengkung itu, "ungkapnya. (arnol)