BANDUNG, METRO-- Penerapan adaptasi kebiasaan baru (AKB) atau
new normal di Jawa Barat akan disertai dengan pengendalian risiko penularan
COVID-19 yang komprehensif. Pengetesan masif secara intens tetap dilakukan, dan
kesiapan layanan kesehatan konsisten ditingkatkan.
Gubernur Jabar Ridwan
Kamil dalam jumpa pers di Gedung Pakuan, Kota Bandung, Jumat (29/5/20),
menyatakan, penerapan AKB di Jabar didasarkan pada pertimbangan sains dan level
kewaspadaan COVID-19 di setiap daerah.
“Kami proporsional
berdasarkan keilmiahan, kami tetap waspada dan kami tetap bertahap. Dan kami
imbau warga untuk perlahan-lahan tidak melakukan euforia (saat penerapan AKB),”
kata Kang Emil –sapaan Ridwan Kamil.
Berdasarkan hasil
evaluasi Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 Jabar, 12 daerah berada
di level 3 atau zona kuning, yakni Kab. Bandung, Kab. Bekasi, Kab. Bogor, Kab.
Indramayu, Kab. Karawang, Kab. Subang, Kab. Sukabumi, Kota Bandung, Kota
Bekasi, Kota Bogor, Kota Cimahi dan Kota Depok. Artinya, ditemukan kasus
COVID-19 pada klaster tunggal, sehingga direkomendasikan untuk melanjutkan PSBB
parsial.
Sedangkan, 15 daerah,
yakni Kab. Bandung Barat, Kab. Ciamis, Kab. Cianjur, Kab. Cirebon, Kab. Garut,
Kab. Kuningan, Kab. Majalengka, Kab. Pangandaran, Kab. Purwakarta, Kab.
Sumedang, Kab. Tasikmalaya, Kota Banjar, Kota Sukabumi, Kota Tasikmalaya, dan
Kota Cirebon, berada zona biru atau level 2, dan dapat memasuki AKB atau new
normal.
Kang Emil mengatakan,
kewaspadaan gugus tugas provinsi dalam mengendalikan COVID-19 tidak akan berkurang,
terutama di daerah yang dapat menerapkan AKB. Pengetesan COVID-19 dengan metode
teknik reaksi rantai polimerase (polymerase chain reaction/PCR) atau tes swab
maupun rapid test akan intens dilakukan.
Selain sebagai upaya
pencegahan penyebaran COVID-19, pengetesan masif akan mendapatkan peta
persebaran COVID-19 yang komprehensif, membatasi ruang gerak SARS-CoV-2,
melacak kontak terpapar COVID-19, dan mendeteksi keberadaan virus.
“Kami akan merilis
ambulans-ambulans yang di dalamnya ada rapid test. Di 60 persen wilayah (Jabar)
yang akan menerapkan AKB, hadir ambulans yang nanti datang ke kerumunan untuk
melakukan tes. Inilah cara kami memastikan AKB (berjalan baik), tapi jangan
sampai menghilangkan kewaspadaan,” katanya.
Dalam pengetesan
COVID-19 secara masif, kata Kang Emil, Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan
COVID-19 Jabar merujuk pola yang dilakukan Korea Selatan, yaitu mengetes 0,6
persen dari jumlah penduduknya atau 300.000 penduduk Jabar.
“Kabar baiknya, di
Jabar, bulan depan, produk tes buatan Jabar tidak impor lagi. PCR produksi (PT)
Biofarma sudah tersedia. Alat rapid test yang berkualitas buatan ITB Unpad
tersedia, walaupun terbatas. Jangan kaget kalau angka-angka kurang baik, kami
akan melakukan PSBB pengetatan lagi,” ucapnya.
Wakil Sekretaris Gugus
Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 Jabar, Berli Hamdani, mengatakan, saat
ini, pihaknya memiliki 34.000 alat tes swab dan 5.000 alat rapid test. Gugus
tugas provinsi pun akan terus menambah ketersediaan alat tes COVID-19.
Selain pengetesan masif,
kata Berli, Gugus tugas provinsi intens meningkatkan kesiapan manajemen ruang
perawatan COVID-19. Mulai dari tingkat pelayanan dasar, transportasi rujukan,
sampai ruang-ruang perawatan di Rumah Sakit. Hal tersebut sebagai upaya menekan
risiko kematian kepada pasien positif COVID-19.
“Semuanya diperbaiki
dan distandarisasi ulang sesuai standar baru untuk layanan COVID-19,” kata
Berli di Kota Bandung, Jumat (29/5/20).
Berli melaporkan,
sampai saat ini, tingkat keterisian ruang perawatan COVID-19 di rumah sakit
rujukan hanya 30,21 persen. Artinya, sekitar 69,79 persen ruang perawatan
COVID-19 di rumah sakit rujukan masih tersedia.
“Untuk APD (Alat
Pelindung Diri), jika pada April semua daerah di Jabar menyatakan kekurangan
APD yang layak sesuai level resiko, permintaan membludak, baik langsung maupun
lewat PIKOBAR. Di bulan Mei, semua permintaan sudah terpenuhi, tidak ada lagi
Faskes yang menyatakan kekurangan APD atau APD tak standar,” ucapnya.
Gugus Tugas Percepatan
Penanggulangan COVID-19 Jabar pun konsisten menginventarisasi pusat isolasi
COVID-19 tambahan di sejumlah daerah. Hal tersebut sebagai upaya penguatan
kesiapsiagaan menghadapi lonjakan kasus positif COVID-19.
Sampai Rabu (27/5/20),
jumlah tempat tidur di pusat isolasi di Jabar mencapai 1.312, dan sudah terisi
sebanyak 153 tempat tidur atau 11,66 persen dari total kapasitas tempat tidur
yang tersedia. (Supriyanto)