KOTA BANDUNG, METRO- Tahun
ini, muslim Di seluruh dunia
kuhusnya di Kota Bandung menjalani bulan Ramadan yang tidak biasa. Semua
orang berjuang dengan kondisi masing-masing di tengah pandemi Covid-19 yang
mendera. Kondisi ini juga mengharuskan kita menghadapi idulfitri dengan cara
berbeda.
Idulfitri selalu diidentikkan dengan pakaian baru dan
beragam jenis makanan tersaji di atas meja. Kue-kue kering, opor, dan ketupat
selalu hadir menemani silaturahmi bersama keluarga besar. Kali ini, selain
dilarang mudik, warga pun tak bisa mengunjungi pusat-pusat perbelanjaan untuk
menyiapkan lebaran. Kondisi ini bagi sebagian orang menjadi hal yang sedikit
memilukan.Namun menurut Istri Wali Kota Bandung, Siti Muntamah Oded, atau yang
lebih akrab dipanggil Ummi Oded, kondisi ini tidak perlu menghilangkan esensi
idulfitri.
Idulfitri adalah momentum umat muslim untuk kembali kepada
kesucian setelah selama sebulan ditempa dengan ujian. Untuk itu, kesemarakan di
luar unsur ibadah pokok tidak perlu dirisaukan.
“Barangkali untuk tahun ini agak sedikit berbeda kita menyikapinya.
Pertama, harus selalu bersyukur bahwa apa yang kita kerjakan sebagai salah satu
bentuk kesempurnaan ibadah kita di hadapan Allah di bulan Ramadan,” katanya.
Doa-doa kita pun berlipat ganda, ikhitar kita pun berlipat
ganda, selagi kita khuysuk dan merunduk kepada Allah untuk tetap diberikan
penjagaan dan perlindungan dari wabah Covid-19, imbuhnya.
Oleh karena itu, esensi utama dari idulfitri adalah
perubahan karakter dan peningkatan ketakwaan kepada Allah SWT. Warga perlu
diajak memahami bahwa pakaian baru bukanlah kebutuhan pokok.
“Menyikapi kalau setiap tahun ada baju baru, tahun ini yang
ada adalah semangat baru untuk lebih baik di dalam membersamai perjuangan warga
Kota Bandung dan Pemerintah Kota Bandung dalam melawan Covid-19. Saya pikir keluarga
di Kota Bandung diimbau baju baru bukan menjadi kebutuhan primer. Kebutuhan
primernya adalah ketundukkan kepada Allah dan ketaatan kepada pemerintah,”
ujarnya.
Wabah Covid-19 ini memang telah mengubah hidup banyak orang.
Kendati ini merupakan krisis kesehatan, namun pandemi ini juga berdampak pada
sektor ekonomi masyarakat.
“Banyak warga yang harus kehilangan pekerjaan. Mulai dari
dirumahkan sementara hingga diberhentikan. Kita perlu membentuk satu
solidaritas. Selain, tidak ada baju baru di keluarga mungkin kue lebaran pun
cukup sederhana, yang penting adalah tetap bersyukur,” ucapnya.
Mari menghadirkan Idulfitri dengan cara yang sederhana.
Tidak perlu risau kalau tidak ada baju baru, tidak perlu risau kalau tidak ada
kue lebaran. Terpenting adalah keluarga dalam keadaan sehat dan aman dan tetap
berada dalam ikatan cinta dan kasih sayang yang terus menguat, tuturnya.
Ummi Oded juga menekankan agar esensi silaturahmi Idulfitri
tidak hilang. Meskipun tidak bisa bertemu dan bersalaman secara langsung, silaturahmi
tetap harus bersambung.
“Tetap menghadirkan rasa kasih sayang dan cinta dengan
saling memaafkan. Kalau nggak sempet ketemu bisa dengan daring, itu juga harus
dihadirkan. Karena idulfitri itu adalah menyambung silaturahmi. Jadi kalau
menyambung silaturahmi, rasa cinta dan kasih sayang harus terhadirkan,”
terangnya. (Supriyanto)