KAB. PANGANDARAN — Ketua Gugus Tugas Percepatan
Penanggulangan COVID-19 Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil mengapresiasi penerapan
Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) di objek wisata Pangandaran.
“Saya nilai 1-10,
nilainya 8 atau sudah baik. Itu apresiasi saya untuk Pangandaran. Mudah-mudahan
ini dicontoh oleh semua pengelola pariwisata Jabar yang ada di zona biru,” kata
Kang Emil –sapaan Ridwan Kamil– usai meninjau titik-titik wisata Pantai
Pangandaran, Kamis (11/6/20).
Kang Emil mengatakan,
keberhasilan penerapan AKB sektor pariwisata di Pangandaran terletak pada
kedisiplinan wisatawan dan ketegasan pengelola menegakkan aturan.
Di pintu masuk Pantai
Pangandaran misalnya, pengunjung, yang saat ini hanya untuk wisatawan Jabar,
harus bebas COVID-19 dengan menunjukkan surat keterangan sudah melakukan rapid
test.
“Pengunjung dari luar
Jabar dilarang masuk dulu, bukan tidak boleh. Tapi tidak sekarang, karena kita
ingin menjaga tren yang sudah baik. Kemudian, yang paling tegas di sini adalah
wisatawan yang datang ke Pantai Barat dan Timur harus menunjukkan surat rapid
test,” ucapnya.
“Kalau tidak ada
(surat), dan masih ingin berwisata, maka di tourism information center ada
pengetesan harganya Rp200 ribu. Relatif lebih murah dibanding yang lain, kalau
tidak ada surat mohon maaf balik kanan,” imbuhnya.
Dalam peninjauan
tersebut, Kang Emil didampingi Ketua Gugus Tugas Pangandaran Jeje Wiradinata.
Mereka meninjau satu persatu titik wisata di pantai Pangandaran mulai dari
pintu masuk, penginapan, pusat perbelanjaan hingga fasilitas kesehatan.
Kemudian, Kang Emil
dan Jeje mengecek salah satu hotel dan memastikan setiap unit usaha yang
membuka kegiatan harus memiliki surat permohonan ke pemerintah daerah setempat.
“Lalu tadi saya mengecek hotel dan semua syaratnya sudah dipenuhi,” katanya.
Kang Emil pun
mengapresiasi restoran di salah satu hotel yang sudah membatasi kapasitas
pengunjung menjadi 30 persen dengan jarak kursi 1,5 meter. Pengambilan makanan
dilakukan oleh pelayan, guna menekan potensi sebaran COVID-19.
“Kalau mengambil
makanan tidak boleh juga oleh tangan pengunjung, tapi harus sama pelayannya
karena di Jepang membuktikan parasmanan itu dalam 15 menit bisa menularkan
virus, tadi protokol seperti itu sudah dilaksanakan dengan baik dan kalau
mejanya kekurangan makanannya bisa dibawa ke kamarnya,” katanya.
“Tadi saya cek juga
kamarnya. Di sebelah sini ada pengunjung, dan kamar sebelahnya tidak ada kamar,
sebelahnya lagi ada. Saya kira ini salah satu cara yang paling aman,”
tambahnya.
Untuk area wisata
pantai, Kang Emil meminta pengelola memastikan pengunjung disiplin jaga jarak.
Selain itu, ia meminta pedagang di pusat perbelanjaan memakai pelindung wajah
atau face shield, guna menekan potensi sebaran COVID-19.
“Kalau tidak dikasih
batas, mereka akan bertumpuk tanpa jarak, maka saya sarankan harus pakai
kavling menggunakan pembatas tali yang menandakan didalam kotak itu boleh
duduk, ngampar, sehingga jarak antar keluarga bisa diatur,” ucapnya.
“Kemudian protokol
perdagangan yang melayani harus pakai face shield karena virus menular lewat
mulut, hidung dan mata,” imbuhnya.
Meski Pangandaran
mampu menerapkan AKB sektor pariwisata dengan baik, Kang Emil meminta
masyarakat untuk tidak ber-euforia. Sebab, kata ia, potensi gelombang dua bisa
terjadi apabila kewaspadaan dan pengawasan menurun.
“Mudah-mudahan dengan
begini tidak ada gelombang kedua, bagaimana mencegahnya? Pangandaran harus
rajin testing. Kuncinya itu jangan euforia merasa tidak ada kasus, karena
semakin banyak rasio testing selama AKB maka semakin aman ekonomi kita,” katanya.
Sekretaris Badan
Penyelamat Wisata Tirta (Balawisata) Pangandaran Asep Kusdinar mengatakan,
pihaknya menerapkan AKB sesuai dengan Surat Edaran Bupati Pangandaran, seperti
melakukan disinfeksi ke berbagai objek wisata, dan mengimbau pengunjung untuk
disiplin gunakan masker, jaga jarak, serta cuci tangan.
“Keadaan pengunjung
sejauh ini masih sepi, tapi kalau mereka datang dan sesuai syarat yang
ditetapkan Pemkab Pangandaran mereka diperbolehkan masuk. Kalau dokumen tidak
ada, terpaksa kita putar balikan keluar Pangandaran,” kata
Asep. (SUPRIYANTO)